Tuesday, April 24, 2012

Pada hari Sabtu, 21 April 2012, mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan mahasiswa angkatan 2011 bersama dr. Toni dan Ibu Minsarnawati selaku PJ Peminatan Epidemiologi UIN Jakarta mengadakan bakti lingkungan sebagai wujud peduli lingkungan di sekitar kampus FKIK. Bakti lingkungan ini dilakukan di sekitar bendungan Situ Gintung.

Lets, chek this out!





































































































































Tuesday, April 3, 2012




Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c).

Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010)

Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu:

·         Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa

·         Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat trelihat apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik
·    Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan. Lebih awal terapi akan lebbih baik hasil yang diharapkan. Keteralambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

Beberapa tahapan Riwayat Alamiah Penyakit adalah Tahap Prepatogenesis, Tahap Patogenesis dan Tahap Pasca Patogenesis: Sembuh, Kronik/ Karier, Cacat, Mati

1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stge of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit . tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunya ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
Secara ringkas, gambaran tahap prepatogenesis, yaitu:
·         Kondisi Host masih normal/sehat
·         Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih diluar Host
·         Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah maka Host jadi lebih rentan atau Agent jadi lebih virulen jadi Agent masuk ke Host (memasuki tahap patogenesis)
2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap Lanjut, dan Tahap Akhir.
- Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyakit, sampai timnulnya gejala penyakit. tahap ini ditandai dengan mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai timbulnya gejala sakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekedar sebgai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai mas inkubasi tersendiri, dan pengetahuan mas inkubasi dapat dipakai untuk indentifikasi jenis penyakitnya.
- Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
-    Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakknan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
-    Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1.      Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh menjadi pulih, sehat kembali.
2.      Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3.      Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4.      Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5.      Berakhir dengan kematian.

Konsep Tingkat Pencegahan

Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan
Dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:
1.      Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
2.      Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
3.      Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
4.      Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut:
-     Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
a.       Pemantapan Status Kesehatan (Underliying Condition)
-          Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
b.      Promosi Kesehatan (Health Promotion)
c.       Pencegahan Khusus
-          Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
d.      Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat (Early diagnosis and prompt treatment)
e.       Pembatasan Kecacatan (Disability limitation)
-          Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
f.       Rehabilitasi (Rehabilitation)

Lebih lanjut pada setiap bentuk upaya pencegahan itu dapat diberikan beberapa contoh. Contoh-contoh upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada setiap bentuk upaya pencegahan adalah:
a.  Pemantapan Status Kesehatan
·         Pemakaian makanan bergizi rendah lemak jenuh
·         Pengendalian pelarangan merokok
·         Promosi Kesehatan
·         Pendidikan kesehatan, penyebaran informasi kesehatan
·         Konsultasi gizi
·         Penyediaan air bersih
·         Pembersihan lingkungan/sanitasiKonsultasi genetik
·         Olahraga secara teratur
b. Pencegahan Khusus
·         Pemberian imunisasi dasar
·         Pemberian vitamin A, tablet penambah zat besi
·         Perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection)
·         Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung
·         Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi
·         Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
c.  Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat
·         Screening (Penyaringan)
·         Pejejakan kasus (case finding)
·         Pemeriksaan khusus (laboraturium dan tes)
·         Pemberian obat yang rational dan efektif
d.  Pembatasan Kecacatan
·         Operasi plastik pada bagian/organ yangcacat
·         Pemasangan pin pada tungkai yang patah
·         Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
·         Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi
·         Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif
e.  Rehabilitasi
·         Rehabilitasi fisik: rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protase
·         Rehabilitasi sosial: rumah perawatan wanita tua/jompo
·         Rehabilitasi kerja (vocational services): Rehabilitasi masuk ke tempat kerja sebelumnya, mengaktikan optimum organ yang cacat
·         Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan
·         Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri
·         Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit

Upaya pencegahan ini diarahkan kepada masyarakat sesuai dengan kondisi atau masalah masyarakat masing-masing dan biasnya dibagi menurut kelompok target tertentu.

Referensi :


Bustan;M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dr. dr. H. Sardjana, SpOG (k), SH dan Hoirun Nisa, M.Kes. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:UIN Press.
Dr. Suparyanto, M.Kes. repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2598. pdf







andaka.com



Pendahuluan            Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).               Epidemiologi terdapat Hubungan asosiasi dalam bidang adalah hubungan keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat.Dalam kaitanya dengan penyakit terdapat hubungan karasteristik antara Karakteristik Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment. Serta terdapat interaksi antar variabel epidemologi sebagai determinan penyakit.TRIAS EPIDEMILOLOGI1.      SEGITIGA UTAMA EPIDEMIOLOGIA.    Karakteristik Segitiga Utamaketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang petensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya.
  1. Karakteristik Penjamu
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa:
  1. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
  1. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat imunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.
  1. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

  1. Karakteristik Agen

  1. Infektivitas: kesanggupan dari organisma untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembangbiak (multiply) dalam jaringan penjamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisma untuk mamppu menimbulakan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai spesies mikroba dan antara individu.
  1. Patogenensis: kesanggupan organisma untuk menimbulakan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi.hampir semua orang yang terinfeksi dengan virus smaalpox menderita penyakit (high pathogenenicity), swedangkan orang yang terinfeksi polivirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenenicity).
  1. Virulensi: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilakan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (suverity) penyakit.
  1. Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
  1. Invasitas: kemampuan organisma untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
  1. Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenesitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang aliran darah (virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membran (gonococcuc).

 Agen biologis: Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa-  Agen nutrien: Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air-  Agen fisik: Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan-  Agen kimia: Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia, dan eksogenous (zat kimia, alergen, gas, debu, dll.)
-  Agen mekanis: Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan3. Karakteristik Lingkungan
  1. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
  1. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit.
Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan:1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan.  Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.

2. Interaksi antara Host dan Lingkungan :

2. Interaksi antara Host dan Lingkungan :
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan : 2. Interaksi antara Host dan Lingkungan : Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-patogenesis. Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.

3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit :

3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit :
3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit : 3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit :  Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit. Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
- Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.

4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan :
- Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.
4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan : - Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian. 4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan : - Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian. 4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan : Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease. Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease.EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIFDidalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).hubungan penyakit dengan variabel epidemiologi, orang, tempat dan waktu1.       Orang  (Person) : dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.2.      Tempat : Pengetahuan mengenai distribusi geografis  suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit
3.      Waktu :  Jangka Pendek, Perubahan secara Status dan Perubahan-perubahan angka kesakitan. Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologi oleh karena perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan faktor etiologis.Interaksi antar variabel epidemiologi sebagai determinan penyakit. Hubungan asosiasi (semu, kausal non kausal) dalam bidang epidemiologi adalah hubungan keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat . Sedangkan hubungan keterikatan adalah hubungan antara variabel dimana adanya perubahan pada variabel yang satu (independent) akan mempengaruhi variabel yang lainnya (dependent)Referensi:1.      Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisno, MHSc. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta. 2010. Dian Rakyat2.      Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.3.      Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi.Jakarta:PT Rineka Cipta4.      B. Burt Gerstman. Epidemiology Kept Simple. California. 2003. Willwy Liss.5.      http://ihdamz.blog.com/2011/01/05/dasar-dasar-epidemiologi/6.      http://www.infofisioterapi.com dari Power  Point  Hasriwiani Habo Abbas, SKM, M.Kes7.      http://farcity-oct.blogspot.com/2010/02/trias-epidemiologi-dalam-timbulnya.html8.      http://abufarismasriadi.blogspot.com/