Tuesday, April 3, 2012




Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c).

Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010)

Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu:

·         Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa

·         Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat trelihat apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik
·    Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan. Lebih awal terapi akan lebbih baik hasil yang diharapkan. Keteralambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

Beberapa tahapan Riwayat Alamiah Penyakit adalah Tahap Prepatogenesis, Tahap Patogenesis dan Tahap Pasca Patogenesis: Sembuh, Kronik/ Karier, Cacat, Mati

1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stge of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit . tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunya ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
Secara ringkas, gambaran tahap prepatogenesis, yaitu:
·         Kondisi Host masih normal/sehat
·         Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih diluar Host
·         Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah maka Host jadi lebih rentan atau Agent jadi lebih virulen jadi Agent masuk ke Host (memasuki tahap patogenesis)
2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap Lanjut, dan Tahap Akhir.
- Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyakit, sampai timnulnya gejala penyakit. tahap ini ditandai dengan mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai timbulnya gejala sakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekedar sebgai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai mas inkubasi tersendiri, dan pengetahuan mas inkubasi dapat dipakai untuk indentifikasi jenis penyakitnya.
- Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
-    Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakknan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
-    Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1.      Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh menjadi pulih, sehat kembali.
2.      Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3.      Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4.      Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5.      Berakhir dengan kematian.

Konsep Tingkat Pencegahan

Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan
Dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:
1.      Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
2.      Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
3.      Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
4.      Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut:
-     Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
a.       Pemantapan Status Kesehatan (Underliying Condition)
-          Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
b.      Promosi Kesehatan (Health Promotion)
c.       Pencegahan Khusus
-          Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
d.      Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat (Early diagnosis and prompt treatment)
e.       Pembatasan Kecacatan (Disability limitation)
-          Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
f.       Rehabilitasi (Rehabilitation)

Lebih lanjut pada setiap bentuk upaya pencegahan itu dapat diberikan beberapa contoh. Contoh-contoh upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada setiap bentuk upaya pencegahan adalah:
a.  Pemantapan Status Kesehatan
·         Pemakaian makanan bergizi rendah lemak jenuh
·         Pengendalian pelarangan merokok
·         Promosi Kesehatan
·         Pendidikan kesehatan, penyebaran informasi kesehatan
·         Konsultasi gizi
·         Penyediaan air bersih
·         Pembersihan lingkungan/sanitasiKonsultasi genetik
·         Olahraga secara teratur
b. Pencegahan Khusus
·         Pemberian imunisasi dasar
·         Pemberian vitamin A, tablet penambah zat besi
·         Perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection)
·         Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung
·         Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi
·         Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
c.  Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat
·         Screening (Penyaringan)
·         Pejejakan kasus (case finding)
·         Pemeriksaan khusus (laboraturium dan tes)
·         Pemberian obat yang rational dan efektif
d.  Pembatasan Kecacatan
·         Operasi plastik pada bagian/organ yangcacat
·         Pemasangan pin pada tungkai yang patah
·         Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
·         Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi
·         Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif
e.  Rehabilitasi
·         Rehabilitasi fisik: rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protase
·         Rehabilitasi sosial: rumah perawatan wanita tua/jompo
·         Rehabilitasi kerja (vocational services): Rehabilitasi masuk ke tempat kerja sebelumnya, mengaktikan optimum organ yang cacat
·         Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan
·         Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri
·         Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit

Upaya pencegahan ini diarahkan kepada masyarakat sesuai dengan kondisi atau masalah masyarakat masing-masing dan biasnya dibagi menurut kelompok target tertentu.

Referensi :


Bustan;M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dr. dr. H. Sardjana, SpOG (k), SH dan Hoirun Nisa, M.Kes. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:UIN Press.
Dr. Suparyanto, M.Kes. repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2598. pdf






Tagged:

2 comments: