Penulis: Siti Malati Ummah | Editor: Rini Septiani
Penyakit
tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan yang cukup memprihatinkan dengan
angka kesakitan dan kematian yang semakin meningkat. Penderita PTM maupun
kegawatdaruratan PTM, umumnya terlambat datang ke pelayanan kesehatan sehingga
sudah pada tahap lanjut atau disertai dengan komplikasi penyakit (Kemenkes RI,
2013).
Sebagai
upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit tidak menular tersebut,
Kementerian Kesehatan RI mengembangkan konsep Posbindu PTM. Sebelumnya telah
dikembangkan upaya pengendalian dengan konsep Posbindu Lansia yang didalamnya
dilaksanakan kegiatan skrining faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah (FR PJPD). Kegiatan skrining tersebut meliputi kegiatan deteksi dini,
pemantauan serta tindak lanjut terhadap hasil pengukuran terhadap faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah. Sedangkan pada Posbindu PTM, kegiatan
skrining yang dilakukan,
selain mencakup penyakit jantung dan pembuluh darah juga meliputi
beberapa masalah PTM,
diantaranya kanker, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan gangguan
akibat kecelakaan.
Tahun
2013 ini, Kemenkes RI menargetkan untuk melakukan sosialisasi Posbindu PTM di
seluruh Indonesia. Selanjutnya, diharapkan pada tahun 2014, Posbindu PTM yang
menggunakan strategi pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat, termasuk didalamnya
organisasi, LSM, paguyuban atau dunia usaha telah diterapkan di seluruh Indonesia.
Pada
pelaksanaanya, kader Posbindu PTM memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, untuk
mendukung peran kader tersebut, Kementerian Kesehatan RI telah menyiapkan Buku Pintar Kader Posbindu PTM yang berisi panduan/petunjuk
penyelenggaraan Posbindu. Keberadaan buku tersebut diharapkan agar kader mendapatkan pengetahuan tentang
PTM serta tindak lanjut terhadap PTM di Posbindu.
Namun,
hal yang dikhawatirkan adalah kader tidak mampu menyerap informasi yang
disampaikan oleh buku tersebut karena terlalu banyak aspek yang harus
dipelajari. Aspek-aspek tersebut mulai dari memahami informasi mengenai faktor
risiko PTM, cara pengukuran PTM itu sendiri serta keterampilan dalam menangani
kecelakaan juga cara penyampaian informasi yang mungkin tidak mudah diterima
oleh kader. Hal ini karena mengingat
selain tingkat pendidikan kader yang sebagian besar masih rendah, kader juga memegang peranan lain di masyarakat. Oleh karena
itu, agar bisa
mencapai tujuan penyelenggaraan Posbindu PTM tersebut, perlu dilakukan bimbingan
yang intensif terhadap kader.
Selengkapnya
buku tersebut dapat diunduh disini.
0 comments:
Post a Comment