Wednesday, September 18, 2013

Penulis: Siti Malati Ummah | Editor: Rini Septiani

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan yang cukup memprihatinkan dengan angka kesakitan dan kematian yang semakin meningkat. Penderita PTM maupun kegawatdaruratan PTM, umumnya terlambat datang ke pelayanan kesehatan sehingga sudah pada tahap lanjut atau disertai dengan komplikasi penyakit (Kemenkes RI, 2013).

Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit tidak menular tersebut, Kementerian Kesehatan RI mengembangkan konsep Posbindu PTM. Sebelumnya telah dikembangkan upaya pengendalian dengan konsep Posbindu Lansia yang didalamnya dilaksanakan kegiatan skrining faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (FR PJPD). Kegiatan skrining tersebut meliputi kegiatan deteksi dini, pemantauan serta tindak lanjut terhadap hasil pengukuran terhadap faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Sedangkan pada Posbindu PTM, kegiatan skrining yang dilakukan, selain mencakup penyakit jantung dan pembuluh darah juga meliputi beberapa masalah PTM, diantaranya kanker, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan.  

Tahun 2013 ini, Kemenkes RI menargetkan untuk melakukan sosialisasi Posbindu PTM di seluruh Indonesia. Selanjutnya, diharapkan pada tahun 2014, Posbindu PTM yang menggunakan strategi pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat, termasuk didalamnya organisasi, LSM, paguyuban atau dunia usaha telah diterapkan di seluruh Indonesia.

Pada pelaksanaanya, kader Posbindu PTM memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk mendukung peran kader tersebut, Kementerian Kesehatan RI telah menyiapkan Buku Pintar Kader Posbindu PTM yang berisi panduan/petunjuk penyelenggaraan Posbindu. Keberadaan buku tersebut diharapkan agar kader mendapatkan pengetahuan tentang PTM serta tindak lanjut terhadap PTM di Posbindu.

Namun, hal yang dikhawatirkan adalah kader tidak mampu menyerap informasi yang disampaikan oleh buku tersebut karena terlalu banyak aspek yang harus dipelajari. Aspek-aspek tersebut mulai dari memahami informasi mengenai faktor risiko PTM, cara pengukuran PTM itu sendiri serta keterampilan dalam menangani kecelakaan juga cara penyampaian informasi yang mungkin tidak mudah diterima oleh kader. Hal ini karena mengingat selain tingkat pendidikan kader yang sebagian besar masih rendah, kader juga memegang peranan lain di masyarakat. Oleh karena itu, agar bisa mencapai tujuan penyelenggaraan Posbindu PTM tersebut, perlu dilakukan bimbingan yang intensif terhadap kader.

Selengkapnya buku tersebut dapat diunduh disini.


Tagged:

0 comments:

Post a Comment